Lompat ke isi

Demam berdarah dengue

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Demam dengue
Foto punggung seseorang dengan kulit yang menunjukkan ruam khas demam dengue
Ruam khas pada demam dengue
Informasi umum
Nama lainDengue, demam berdarah dengue, demam berdarah, breakbone fever[1][2]
Pelafalan
SpesialisasiPenyakit infeksi
PenyebabVirus dengue oleh nyamuk Aedes[1]
Aspek klinis
Gejala dan tandaDemam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, ruam. Gejala bisa berat, ringan, atau asimtomatik[1][2]
KomplikasiPerdarahan, rendahnya kadar platelet darah, tekanan darah rendah yang berbahaya[2]
Awal muncul3–14 hari setelah paparan[2]
Durasi2–7 hari[1]
DiagnosisDeteksi antibodi terhadap virus atau RNA virus[2]
Kondisi serupaMalaria, demam kuning, hepatitis viral, leptospirosis[5]
Tata laksana
Pencegahanvaksin demam dengue, mengurangi paparan dengan nyamuk[1][6]
PerawatanTerapi suportif, cairan intravena, transfusi darah[2]
Distribusi dan frekuensi
Prevalensi5 juta kasus per tahun (dunia, 2023)[7], 114.720 kasus (Indonesia, 2023)[8]
Kematian5.000 kasus per tahun (dunia, 2023)[7], 894 kasus (Indonesia, 2023)[8]

Demam dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini banyak terjadi di area tropis dan subtropis. Infeksi asimtomatik jarang terjadi, namun kasus bergejala ringan sering terjadi;[9] jika bergejala, biasanya gejala muncul mulai hari ke-3 sampai 14 setelah infeksi. Gejala-gejala demam dengue meliputi demam tinggi, sakit kepala, muntah, nyeri otot dan sendi, serta rasa gatal pada kulit dan ruam pada kulit yang khas. Proses pemulihan biasanya membutuhkan waktu dua sampai tujuh hari. Dalam sejumlah kecil kasus, penyakit ini berkembang menjadi dengue berat (sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah dengue atau sindrom renjatan/syok dengue),[10] yang ditandai dengan perdarahan, rendahnya kadar trombosit darah, kebocoran plasma darah, dan rendahnya tekanan darah yang sifatnya berbahaya.[1][2]

Virus dengue memiliki empat serotipe yang sudah terkonfirmasi; infeksi oleh satu tipe virus biasanya memberikan imunitas jangka panjang terhadap tipe tersebut, namun hanya akan memberikan imunitas jangka pendek terhadap tipe virus yang lain. Infeksi berikutnya oleh tipe virus yang berbeda meningkatkan risiko terjadinya komplikasi berat, hal ini disebut sebagai Antibody-Dependent Enhancement (ADE).[11] Gejala-gejala dengue menyerupai banyak penyakit, termasuk malaria, influenza, dan Zika.[12] Tes darah dapat menegakkan diagnosis termasuk mendeteksi RNA virus atau antibodi terhadap virus.[13]

Terapi demam dengue adalah simtomatik, karena tidak adad terapi spesifik untuk demam dengue. Pada kasus ringan, terapi berfokus pada mengurangi nyeri. Kasus dengue berat membutuhkan perawatan di rumah sakit; terapi dengue akut adalah suportif dan meliputi pemberian cairan baik melalui mulut atau intravena.[1][2]

Dengue disebarkan oleh beberapa spesies nyamuk betina dari genus Aedes, utamanya Aedes aegypti. Infeksi dapat dicegah dengan eliminasi nyamuk dan pencegahan gigitan nyamuk.[14] Dua jenis vaksin dengue telah disetujui dan beredar secara komersial. Dengvaxia tersedia pada tahun 2016, namun vaksin ini hanya direkomendasikan untuk mencegah re-infeksi pada individu yang sudah pernah terinfeksi dengue sebelumnya.[15] Vaksin kedua, Qdenga, tersedia pada tahun 2022 dan dapat digunakan pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak dari usia empat tahun.[16]

Deskripsi paling awal dari kejadian luar biasa dengue berasal dari tahun 1779; virus penyebab dan cara penyebaran penyakit ini diketahui pada abad ke-20.[17] Dengue sudah menjadi endemik di lebih dari 100 negara, namun saat ini dengue juga menyebar dari wilayah tropis dan subtropis ke Peninsula Iberia dan negara bagian selatan di AS, sebagian besar diakibatkan oleh perubahan iklim.[7][18] Dengue diklasifikasikan sebagai penyakit tropis terabaikan. Selama tahun 2023, lebih dari 5 juta infeksi dilaporkan terjadi, dengan kematian terkait dengue berjumlah lebih dari 5.000.[7] Karena kebanyakan kasus dengue sifatnya asimtomatik atau ringan, jumlah kasus dengue dan kematian akibat dengue yang sebenarnya lebih banyak daripada yang dilaporkan.[7]

Tanda dan gejala

[sunting | sunting sumber]
Gambar tubuh manusia dengan panah yang menunjukkan organ-organ yang terdampak di berbagai tahap demam dengue
Gambar skematik gejala demam dengue
Perjalanan klinis demam dengue

Umumnya, orang yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan seperti demam biasa (80% kasus).[19][20][21] Sekitar 5% kasus akan mengalami infeksi berat, dan dalam jumlah kecil, penyakit ini mengancam jiwa.[19][21] Masa inkubasi (waktu antara paparan dan timbulnya gejala) penyakit berkisar antara 3 sampai 14 hari, namun umumnya pada 4 sampai 7 hari.[22]

Gejala khas demam dengue ringan adalah demam mendadak, nyeri kepala (umumnya terasa di belakang kedua mata), nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar, dan ruam.[1][14] Apabila penyakit berkembang ke infeksi dengue berat, gejala-gejala yang muncul adalah nyeri perut hebat, muntah persisten, napas cepat, pendarahan pada gusi dan hidung (mimisan), kelelahan, gelisah, rasa haus ekstrim, kulit pucat dan dingin, dan rasa lemas.[1]

Perjalanan klinis penyakit

[sunting | sunting sumber]

Perjalanan infeksi penyakit dibagi ke dalam tiga fase: febril, kritis, dan pemulihan.[23]

Pada fase febril (demam), terjadi demam tinggi mencapai 40 °C (104 °F), dan nyeri seluruh tubuh serta nyeri kepala; fase ini biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari.[1][24] Terdapat juga mual, muntah, ruam, dan nyeri di otot dan persendian.[1]

Kebanyakan pasien akan sembuh dalam waktu sekitar satu minggu. Dalam 5% kasus, gejala-gejala penyakit memburuk dan dapat menjadi mengancam jiwa. Kondisi ini disebut sebagai dengue berat (sebelumnya dikenal dengan demam berdarah dengue atau sindrom renjatan/syok dengue).[23][25] Dengue berat dapat menyebabkan syok, perdarahan internal, gagal organ, dan bahkan kematian.[26] Tanda-tanda bahaya meliputi nyeri perut hebat, muntah, kesulitan bernapas, dan mimisan, pendarahan gusi, muntah darah, atau tinja berdarah.[26]

Dalam periode ini, terjadi kebocoran plasma dari pembuluh darah, bersama dengan penurunan jumlah trombosit.[26] Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di rongga dada dan perut serta keluarnya cairan dari sirkulasi dan penurunan aliran darah ke organ-organ vital.[25]

Fase pemulihan biasanya berlangsung selama dua sampai tiga hari.[25] Perbaikan kondisi pasien seringkali sangat nyata, dan dapat disertai dengan rasa gatal hebat dan detak jantung yang lambat.[25]

Ruam pada demam dengue di tahap akut infeksi akan hilang jika ditekan.
Ruam yang umumnya terbentuk selama fase pemulihan dari demam dengue dengan gambaran klasik pulau-pulau putih di tengah lautan merah (white islands in a sea of red)

Komplikasi dan gejala sisa

[sunting | sunting sumber]

Komplikasi setelah demam berat meliputi rasa lelah, rasa mengantuk, nyeri kepala, gangguan konsentrasi, dan gangguan memori.[23][27] Wanita hamil yang terinfeksi dengue berada dalam risiko yang lebih tinggi untuk mengalami keguguran, kelahiran bayi dengan berat badan rendah, dan kelahiran prematur.[28]

Anak-anak dan orang-orang usia lanjut lebih berisiko mengalami komplikasi dari demam dengue dibandingkan dengan kelompok usia lainnya; anak kecil biasanya mengalami gejala yang lebih intens. Infeksi bersama dengan penyakit tropis[29] seperti virus Zika dapat memperburuk gejala penyakit dan menyebabkan pemulihan penyakit menjadi lebih sulit.[30]

A transmission electron microscopy image showing dengue virus
Gambar dari perbesaran menggunakan mikroskop transmisi elektron yang menunjukkan virion virus dengue (kumpulan titik-titik hitam di dekat bagian tengah gambar)

Virus dengue (dengue virus, DENV) adalah virus RNA dari famili Flaviviridae; genus Flavivirus. Anggota lain dari genus yang sama adalah virus demam kuning, virus West Nile, dan virus Zika. Genom (materi genetik) mengandung sekitar 11.000 basa nukleotida, yang mengkodekan tiga molekul protein struktural (C, prM dan E) yang membentuk partikel virus dan tujuh molekul protein lainnya yang dibutuhkan untuk replikasi virus.[31][32] Terdapat empat strain virus yang terkonfirmasi, disebut serotipe, dinamai DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Perbedaan antara tiap serotipe didasarkan pada antigenisitas mereka masing-masing.[33]

Penularan

[sunting | sunting sumber]
Close-up photograph of an Aedes aegypti mosquito biting human skin
Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah inang manusia

Virus dengue ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes, khususnya A. aegypti.[20] Nyamuk ini lebih sering menggigit pada subuh atau senja hari,[34] namun mereka dapat menggigit dan menyebarkan infeksi pada waktu kapanpun.[35] Spesies Aedes lainnya yang dapat menularkan penyakit dengue adalah A. albopictus, A. polynesiensis dan A. scutellaris. Manusia adalah inang utama virus,[36] tapi virus ini juga bersirkulasi di primata nonmanusia, dan dapat menginfeksi mamalia lainnya.[37][38] Infeksi dapat diperoleh melalui satu gigitan saja.[39]

Untuk dua sampai 10 hari setelah baru terinfeksi, aliran darah manusia akan mengandung banyak partikel virus (periode viremia). Nyamuk betina yang menghisap darah dari inang yang terinfeksi kemudian menyebarkan virus di dalam sel-sel yang melapisi ususnya.[40] Selama beberapa hari berikutnya, virus menyebar ke jaringan lain termasuk kelenjar liur nyamuk dan dilepaskan ke dalam air liurnya. Saat nyamuk menghisap darah lagi, air liur yang terinfeksi akan disuntikkan ke dalam aliran darah korbannya, sehingga penyakitpun tersebar.[41] Virus tersebut tampaknya tidak memiliki efek yang merugikan pada nyamuk, yang akan tetap terinfeksi seumur hidupnya.[22]

Dengue juga dapat ditularkan melalui produk darah yang telah terinfeksi dan melalui donasi organ.[1] Transmisi vertikal (dari ibu ke anak selama kehamilan atau melahirkan) juga telah dilaporkan.[42]

Faktor risiko

[sunting | sunting sumber]

Risiko utama infeksi dengue adalah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.[43] Hal ini lebih mungkin terjadi pada daerah endemis penyakit ini, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, sanitasi buruk, dan genangan air tempat nyamuk dapat berkembang biak.[43] Hal ini dapat dimitigasi dengan mengambil langkah-langkah untuk menghindari gigitan seperti mengenakan pakaian yang menutupi seluruh permukaan kulit, menggunakan kelambu saat beristirahat, dan/atau menggunakan obat nyamuk kulit (DEET adalah jenis obat yang paling efektif).[39]

Penyakit kronis – seperti asma, anemia sel sabit, dan diabetes melitus – meningkatkan risiko terkena dengue berat.[44] Faktor risiko lain untuk dengue berat adalah berjenis kelamin perempuan dan indeks massa tubuh yang tinggi.[23][32] Infeksi oleh salah satu serotipe akan menghasilkan kekebalan seumur hidup terhadap tipe tersebut, tetapi hanya memberikan perlindungan jangka pendek terhadap tiga tipe lainnya.[24] Reinfeksi berikutnya oleh serotipe yang berbeda meningkatkan risiko terjadinya komplikasi berat karena fenomena yang dikenal sebagai antibody-dependent enhancement (ADE).[11][45]

Pada antibody-dependent enhancement (ADE), antibodi berikatan dengan partikel virus dan reseptor Fc gamma yang diekspresikan sel-sel imun, meningkatkan kemungkinan virus akan menginfeksi sel-sel tersebut.

Mekanisme pasti ADE belum sepenuhnya dipahami.[45] Tampaknya, ADE terjadi ketika antibodi-antibodi yang dihasilkan selama respons imun mengenali dan mengikat patogen, tetapi mereka gagal menetralkannya. Sebaliknya, kompleks antibodi-virus memiliki kemampuan yang meningkat untuk mengikat reseptor Fcγ dari sel imun target, yang memungkinkan virus menginfeksi sel dan memperbanyak dirinya sendiri.[45][46]

Mekanisme infeksi

[sunting | sunting sumber]

Ketika nyamuk yang membawa virus dengue menggigit seseorang, virus tersebut akan memasuki kulit orang tersebut bersama dengan air liur nyamuk. Virus tersebut menginfeksi sel-sel kulit di sekitarnya bernama keratinosit, serta sel-sel imun spesifik yang terletak di kulit, bernama sel Langerhans.[44] Sel-sel Langerhans akan bermigrasi ke kelenjar getah bening, di mana infeksi akan menyebar ke sel-sel darah putih, dan akan berkembang biak di dalam sel-sel tersebut sementara mereka bergerak di sepanjang tubuh orang tersebut.[47]

Sel-sel darah putih bereaksi dengan cara menghasilkan beberapa protein pemberi sinyal, seperti sitokin dan interferon, yang bertanggung jawab atas timbulnya banyak gejala, seperti demam, gejala yang menyerupai flu, dan rasa nyeri yang luar biasa. Pada infeksi berat, produksi virus dalam tubuh sangatlah meningkat, dan lebih banyak organ tubuh (seperti hati dan sumsum tulang) yang dapat terdampak. Cairan dari aliran darah bocor melalui dinding-dinding pembuluh darah kecil ke dalam rongga-rongga tubuh akibat peningkatan permeabilitas kapiler. Sebagai akibatnya, volume darah akan berkurang, dan tekanan darah menjadi sangat rendah sehingga tidak dapat memasok cukup darah ke organ-organ vital. Penyebaran virus ke sumsum tulang menyebabkan penurunan jumlah trombosit, yang dibutuhkan untuk pembekuan darah yang efektif; sehingga hal ini meningkatkan risiko terjadinya perdarahan, komplikasi besar lainnya dari demam dengue.[47]

Pencegahan

[sunting | sunting sumber]

Kontrol vektor

[sunting | sunting sumber]
A black and white photograph of people filling in a ditch with standing water
Foto tahun 1920-an yang memperlihatkan upaya untuk menyebarkan genangan air sehingga mengurangi populasi nyamuk

Risiko utama terjadinya infeksi dengue adalah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.[1] Hal ini lebih mungkin terjadi di daerah endemis penyakit ini, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, sanitasi buruk, dan genangan air tempat nyamuk dapat berkembang biak.[43] Hal ini dapat dimitigasi dengan mengambil langkah-langkah untuk menghindari gigitan nyamuk, seperti mengenakan pakaian yang menutupi seluruh permukaan kulit, menggunakan kelambu saat beristirahat, dan/atau menggunakan obat nyamuk kulit (DEET adalah jenis obat yang paling efektif);[39] disarankan juga untuk menggunakan permetrin 0,5% pada pakaian, kelambu, dan tenda.[48]

Perlindungan pada rumah dapat dilakukan dengan memasang kasa pada pintu dan jendela, menggunakan pendingin udara, dan mengosongkan dan membersihkan semua tempat penampungan air baik di dalam maupun di luar rumah yang dapat menjadi tempat nyamuk bertelur (seperti ember, pot tanaman, kolam atau tempat sampah) secara rutin.[48]

Sebuah tempat air suci di Gereja Immaculate Conception di Johor Bahru, Malaysia ditutup sebagai bagian dari eliminasi sumber air terbuka sebagai reaksi terhadap wabah demam dengue di daerah tersebut.

Metode utama mengendalikan A. aegypti adalah dengan menghilangkan habitatnya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sumber air terbuka, atau jika hal ini tidak mungkin untuk dilakukan, dengan menambahkan insektisida atau agen pengendalian biologis ke area ini. Penyemprotan umum dengan insektisida organofosfat atau piretroid, meskipun kadang-kadang dilakukan, dianggap tidak efektif.[21] Mengurangi pengumpulan air terbuka melalui modifikasi lingkungan adalah metode pengendalian yang lebih disukai, mengingat kekhawatiran efek kesehatan negatif dari insektisida dan kesulitan logistik yang lebih besar dengan agen pengendalian. Idealnya, pengendalian nyamuk menjadi kegiatan masyarakat, misalnya ketika semua anggota masyarakat membersihkan selokan dan saluran air jalan yang tersumbat dan menjaga halaman mereka bebas dari wadah berisi air yang menggenang.[49] Jika tempat tinggal memiliki sambungan air langsung, hal ini dapat menghilangkan kebutuhan akan sumur atau pompa air jalanan dan wadah pembawa air.[49]

Sampai Maret 2024, terdapat dua vaksin untuk pencegahan infeksi dengue; Dengvaxia dan Qdenga.[50]

Subcutaneous injection
Ilustrasi injeksi subkutan

Dengvaxia (sebelumnya CYD-TDV) tersedia sejak 2015, dan penggunaannya disetujui di AS, Uni Eropa, dan beberapa negara Asia dan Amerika Latin.[51] Vaksin ini terbuat dari virus yang dilemahkan, sesuai untuk individu berusia 6–45 tahun, dan memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe dengue.[52] Akibat adanya kekhawatiran akan antibody-dependent enhancement (ADE), vaksin ini hanya boleh diberikan pada individu yang sebelumnya pernah terinfeksi dengue, untuk mencegah mereka mengalami reinfeksi.[53] Vaksin ini diberikan secara subkutan dalam tiga dosis dengan interval enam bulan.[54]

Qdenga (sebelumnya TAK-003) menyelesaikan uji klinis pada tahun 2022 dan disetujui penggunaannya di Uni Eropa pada Desember 2022;[50] vaksin ini telah disetujui penggunaannya oleh beberapa negara termasuk Indonesia dan Brazil, dan telah direkomendasikan oleh komite SAGE dari Organisasi Kesehatan Dunia.[55] Vaksin ini diindikasikan untuk pencegahan penyakit dengue pada individu berusia empat tahun dan lebih, dan dapat diberikan pada orang yang belum pernah terinfeksi dengue sebelumnya. Vaksin ini adalah vaksin yang terbuat dari virus hidup yang dilemahkan yang mengandung empat serotipe virus dengue, diberikan secara subkutan dalam dua dosis dengan jarak tiga bulan.[50]

Demam dengue berat

[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi Penyakit Internasional Organisasi Kesehatan Dunia membagi demam dengue menjadi dua kelas: tanpa komplikasi dan berat.[19] Demam dengue berat didefinisikan sebagai demam yang disertai pendarahan hebat, disfungsi organ berat, atau kebocoran plasma berat.[56]

Demam dengue berat dapat berkembang secara tiba-tiba, terkadang setelah beberapa hari saat demam mulai reda.[26] Kebocoran plasma dari kapiler menyebabkan tekanan darah yang sangat rendah dan syok hipovolemik; pasien dengan kebocoran plasma berat mungkin mengalami penumpukan cairan di paru-paru atau perut, kekurangan protein dalam darah, atau pengentalan darah. Dengue berat merupakan kegawatdaruratan medis yang dapat menyebabkan kerusakan organ, yang mengakibatkan kegagalan kerja banyak organ dan kematian.[57]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Kasus demam dengue ringan dapat dengan mudah salah dikenali dengan beberapa penyakit umum seperti influenza, campak, chikungunya, dan zika.[58][59] Demam dengue, chikungunya dan zika memiliki cara penularan yang sama (nyamuk Aedes) dan seringkali menjadi endemis di wilayah yang sama, sehingga memungkinkan bagi seseorang untuk terinfeksi secara bersamaan oleh lebih dari satu penyakit.[60] Bagi para pelancong, diagnosis demam dengue harus dipertimbangkan pada siapa saja yang mengalami demam dalam waktu dua minggu setelah mengunjungi daerah tropis atau subtropis.[23]

Grafik waktu di mana hasil tes laboratorium demam dengue menunjukkan hasil positif. Hari 0 merujuk pada awal dari munculnya gejala, 1st merujuk pada kasus infeksi primer, dan 2nd merujuk pada kasus infeksi sekunder.[23]

Gejala bahaya dari demam dengue meliputi nyeri perut, muntah terus-menerus, edema, pendarahan, letargi, dan pembengkakan hati. Sekali lagi, gejala-gejala ini dapat disalahartikan dengan penyakit lain seperti malaria, gastroenteritis, leptospirosis, dan tifus.[58]

Tes darah dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis demam dengue. Selama beberapa hari pertama infeksi, enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat digunakan untuk mendeteksi antigen NS1; namun antigen ini diproduksi oleh semua flavivirus.[60][13] Empat atau lima hari setelah infeksi, antibodi IgM anti-dengue dapat terdeteksi dengan meyakinkan, tetapi tidak dapat menentukan serotipe.[60] Tes amplifikasi asam nukleat merupakan metode diagnosis yang paling andal.[13]

Tes tourniquet berguna apabila tes laboratorium tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan tes tourniquet, petugas kesehatan akan memasang manset alat pengukur tekanan darah di lengan pasien. Kemudian, manset tersebut akan dikembangkan, lalu dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu, petugas kesehatan akan menghitung petekie (bintik-bintik merah kecil) di kulit pasien. Hasil tes dikatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petekie per 2,54 cm2.[61]

Perubahan paling awal yang dapat dilihat pada tes laboratorium adalah penurunan jumlah sel darah putih. Jumlah platelet yang sedikit dan asidosis metabolik juga merupakan tanda-tanda dengue.[25] Dengue berat menyebabkan cairan keluar dari aliran darah, sehingga terjkadi hemokonsentrasi (terdapat lebih sedikit plasma dan lebih banyak sel darah merah di dalam darah). Hal ini juga menyebabkan kadar albumin dalam darah rendah.[25]

Klasifikasi lama

[sunting | sunting sumber]

Seperti yang telah disebutkan di atas, klasifikasi demam dengue terbaru (2009) adalah demam dengue tanpa komplikasi dan dengue berat. Namun, masih banyak pihak yang menggunakan klasifikasi lama (1997), yaitu demam dengue, demam berdarah dengue, dan sindrom renjatan/syok dengue, karena menganggap klasifikasi dengue terbaru memiliki definisi yang kurang jelas.[62]

Klasifikasi lama derajat demam dengue (WHO, 1997)[63]
DD/DBD Derajat Tanda dan gejala Hasil laboratorium
DD Demam dan dua gejala/tanda berikut:
  • Nyeri kepala
  • Nyeri retro-orbita (di belakang mata)
  • Nyeri otot (myalgia)
  • Nyeri tulang (arthralgia)
  • Ruam
  • Manifestasi pendarahan
  • Tidak ada tanda kebocoran plasma
  • Leukopenia (sel darah putih ≤5.000 sel/mm3
  • Trombositopenia (trombosit <150.000 sel/mm3)
  • Peningkatan hematokrit (5%-10%)
  • Tidak ada tanda kebocoran plasma
DBD I Demam dan manifestasi pendarahan (tes tourniquet positif) dan bukti kebocoran plasma
  • Trombositopenia (trombosit <100.000 sel/mm3)
  • Hematokrit ≥20%
DBD II Seperti derajat I ditambah adanya pendarahan spontan
  • Trombositopenia (trombosit <100.000 sel/mm3)
  • Hematokrit ≥20%
DBD III Seperti derajat I atau II ditambah adanya kegagalan sirkulasi (denyut nadi lambat, tekanan nadi sempit (≤ 20mmHg), hipotensi, gelisah
  • Trombositopenia (trombosit <100.000 sel/mm3)
  • Hematokrit ≥20%
DBD IV Seperti derajat III ditambah adanya renjatan/syok berat; tekanan darah dan nadi tidak terdeteksi
  • Trombositopenia (trombosit <100.000 sel/mm3)
  • Hematokrit ≥20%

Derajat III dan IV demam berdarah disebut "sindrom renjatan/syok dengue."[64][63]

Tatalaksana

[sunting | sunting sumber]

Tidak ada terapi antivirus spesifik yang tersedia untuk demam dengue.[65]

Kebanyakan kasus demam dengue memiliki gejala ringan, dan pemulihan berlangsung dalam beberapa hari.[1] Tidak ada terapi yang diperlukan untuk kasus-kasus seperti ini. Parasetamol dapat digunakan untuk meringankan gejala demam atau nyeri ringan. Pereda nyeri lainnya, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproksen natrium tidak boleh digunakan karena dapat meningkatkan risiko terjadinya pendarahan.[65]

Untuk kasus demam dengue sedang, pasien yang dapat minum, mengeluarkan urin dalam jumlah cukup (0,5–1 ml/kg berat badan/jam), tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya, dan kondisi lainnya cukup baik dapat menjalani perawatan di rumah. Terapi suportif dengan analgesik, penggantian cairan, dan tirah baring direkomendasikan.[66][25] perawatan khusus untuk demam dengue.[19]

Dengue berat adalah kasus gawat darurat yang mengancam jiwa, membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan berpotensi untuk dirawat di unit intensif.[26] Tanda-tanda bahaya dengue adalah dehidrasi, penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit.[67] Terapi kasus dengue berat meliputi cairan intravena (infus)[66] dan, jika diperlukan, transfusi darah utuh (whole blood). Transfusi trombosit dan plasma umumnya tidak dianjurkan.[68]

Prognosis

[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan pasien infeksi dengue sembuh tanpa ada masalah yang berarti. Risiko kematian pada pasien demam dengue berat adalah 0,8–2,5%,[69] dan dengan pengobatan yang memadai, risiko ini menjadi kurang dari 1%. Namun, mereka yang mengalami tekanan darah rendah secara signifikan memiliki tingkat kematian hingga 26%.[25] Risiko kematian pada anak-anak di bawah usia lima tahun adalah empat kali lebih besar dibandingkan pada anak-anak berusia di atas sepuluh tahun.[69] Pasien lanjut usia juga berada dalam risiko lebih tinggi untuk mengalami perburukan.[69]

Epidemiologi

[sunting | sunting sumber]
Kematian akibat demam dengue per juta orang di tahun 2012
  0
  1
  2
  3
  4–8
  9–561
Gambar luar
Peta daring menunjukkan laporan kasus demam dengue
https://www.healthmap.org/dengue/en/

Sampai Maret 2023, demam dengue merupakan penyakit endemik di lebih dari 100 negara dan setiap benua melaporkan adanya kasus dengue kecuali Antartika.[1][70] Wilayah Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat merupakan wilayah yang paling parah terdampak infeksi dengue.[1][71] Sulit untuk memperkirakan tingkat keparahan penyakit ini secara menyeluruh, karena banyak kasus bersifat ringan dan tidak terdiagnosis dengan tepat. WHO saat ini memperkirakan bahwa 3,9 miliar orang berisiko terkena infeksi demam dengue.[71] Pada tahun 2013, diperkirakan bahwa di seluruh dunia, terjadi 390 juta infeksi demam dengue setiap tahunnya, dengan 500.000 di antaranya mengalami gejala berat dan 25.000 kematian.[72][73] Di Indonesia, pada tahun 2013, infeksi dengue diperkirakan mencapai 114.720 kasus dan menyebabkan 894 kematian.[8]

Umumnya, daerah di mana dengue adalah penyakit endemis hanya memiliki satu serotipe virus yang beredar. Penyakit ini dikatakan hiperendemik di daerah di mana terdapat lebih dari satu serotipe yang bersirkulasi; hal ini meningkatkan risiko infeksi dengue berat pada infeksi kedua atau berikutnya.[74]

Infeksi paling sering didapatkan di lingkungan perkotaan, di mana virus utamanya ditularkan oleh spesies nyamuk Aedes aegypti.[22] Spesies ini telah beradaptasi dengan lingkungan perkotaan, umumnya ditemukan dekat dengan tempat tinggal manusia, lebih menyukai manusia sebagai inangnya, dan memanfaatkan genangan air kecil (seperti tangki dan ember) untuk berkembang biak. Di daerah pedesaan, virus ditularkan ke manusia oleh A. aegypti dan nyamuk lainnya seperti Aedes albopictus.[22] Kedua spesies ini memiliki jangkauan yang meluas.[23] Terdapat dua subspesies Aedes aegypti; Aedes aegypti formosus dapat ditemukan di habitat alami seperti hutan dan Aedes aegypti aegypti telah beradaptasi dengan habitat domestik perkotaan.[75]

Insidensi demam dengue telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dengan WHO mencatat peningkatan sepuluh kali lipat antara tahun 2010 dan 2019 (dari 500.000 menjadi 5 juta kasus yang tercatat).[1] Peningkatan ini terkait erat dengan meningkatnya jangkauan nyamuk Aedes, yang disebabkan oleh kombinasi antara urbanisasi, pertumbuhan populasi, dan iklim dunia yang semakin hangat.[19][76] Di daerah endemis, infeksi demam dengue mencapai puncaknya ketika curah hujan optimal untuk perkembangbiakan nyamuk.[77] Pada bulan Oktober 2023, diidentifikasi kasus pertama terkonfirmasi demam dengue simtomatik dari penyebaran lokal (tidak didapat saat bepergian) di California, Amerika Serikat.[78]

Penyakit ini menginfeksi semua ras, jenis kelamin, dan usia secara merata. Di daerah endemis, infeksi dengue paling sering dijumpai pada anak-anak yang kemudian memperoleh kekebalan parsial seumur hidup.[73]

Catatan sejarah pertama tentang kasus kemungkinan demam dengue ada dalam ensiklopedia medis Tiongkok dari Dinasti Jin (266–420) yang merujuk pada "racun air" yang dikaitkan dengan serangga terbang.[79][80]

Vektor nyamuk utama demam dengue, Aedes aegypti, menyebar dari Afrika pada abad ke-15 hingga ke-19 karena perdagangan budak dan perluasan perdagangan internasional.[23] Terdapat laporan tentang epidemi penyakit mirip demam dengue pada abad ke-17, dan kemungkinan besar epidemi di Jakarta, Kairo, dan Philadelphia selama abad ke-18 disebabkan oleh demam dengue.[79][81]

Diperkirakan bahwa demam dengue terus-menerus hadir di banyak pusat kota tropis sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20, meskipun jarang terjadi wabah yang signifikan.[79] Penyebaran demam dengue yang masif selama dan setelah Perang Dunia Kedua sebagian dikaitkan oleh gangguan akibat perang, dan sebagian lagi oleh urbanisasi selanjutnya di Asia Tenggara.[79] Ketika serotipe baru diperkenalkan ke wilayah yang sudah menjadi wilayah endemis demam dengue, wabah penyakit berat pun terjadi. Bentuk berat dari penyakit ini pertama kali dilaporkan di Filipina pada tahun 1953; pada tahun 1970-an, penyakit ini telah diakui sebagai penyebab utama kematian anak di Asia Tenggara.[79]

Di Amerika Tengah dan Selatan, nyamuk Aedes telah dieradikasi pada tahun 1950-an; namun program pemberantasan dihentikan pada tahun 1970-an dan penyakit ini muncul kembali di wilayah tersebut selama tahun 1980-an, menjadi hiperendemik dan menyebabkan epidemi yang signifikan.[79]

Prevalensi demam dengue terus meningkat selama abad ke-21, karena vektor nyamuk terus memperluas wilayah jangkauannya. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh urbanisasi yang terus-menerus, dan sebagian lagi disebabkan oleh dampak iklim yang lebih hangat.[82]

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Nama penyakit ini masuk ke dalam bahasa Inggris pada awal abad ke-19 dari bahasa Spanyol Hindia Barat, yang meminjamnya dari istilah Kiswahili dinga/denga, yang berarti "kejang seperti kram" – istilah lengkap untuk kondisi tersebut adalah ki-dinga pepo: "semacam kejang seperti kram (yang disebabkan oleh) roh jahat".[83] Istilah yang dipinjam tersebut berubah menjadi dengue dalam bahasa Spanyol karena kata tersebut ada dalam bahasa Spanyol dengan arti "kerewelan" dan etimologi rakyat ini merujuk pada ketidaksukaan terhadap gerakan oleh pasien yang terdampak.[80] Para budak di Hindia Barat yang terjangkit dengue dikatakan memiliki postur dan gaya berjalan seperti seorang pesolek, dan penyakit tersebut dikenal sebagai "demam pesolek".[84][85][4][5]

Istilah break-bone fever (terjemahan bebas bahasa Indonesia: demam patah tulang) diberikan oleh dokter dan Bapak Pendiri Amerika Serikat Benjamin Rush, dalam sebuah laporan tahun 1789 tentang epidemi tahun 1780 di Philadelphia, karena nyeri otot dan sendi yang terkait penyakit. Dalam judul laporan tersebut, ia menggunakan istilah yang lebih formal, "bilious remitting fever" (bahasa Indonesia: demam naik-turun dengan bilirubin berlebih dalam tubuh).[86][87] Istilah demam dengue baru digunakan secara umum setelah tahun 1828.[85] Istilah bersejarah lainnya meliputi "breakheart fever" dan "la dengue".[85] Istilah untuk penyakit dengue berat meliputi "trombositopenia purpura infeksius" dan "demam berdarah Filipina", "Thailand", atau "Singapura".[85]

Tujuan riset meliputi patogenesis dengue (proses terjadinya penyakit pada manusia) serta aspek biologi, ekologi, dan perilaku dari vektor nyamuk. Perkembangan alat diagnostik akan memungkinkan pemberian terapi yang lebih cepat dan tepat.[88] Percobaan untuk pembuatan obat antivirus yang menarget protein NS3 atau NS5 sedang berlangsung.[89]

Selain dua vaksin yang sudah tersedia, beberapa kandidat vaksin juga sedang dalam tahap pengembangan.[90]

Area riset aktif saat ini sedang mengembangkan model untuk Dengue, di luar model binatang eksperimental. Organ Chips dan Lab-on-Chips sedang dikembangkan untuk menjadi model sindrom kebocoran Dengue dan mekanopatologi.[91][92]

Efek perubahan iklim

[sunting | sunting sumber]

Meningkatnya suhu dan perubahan pola curah hujan bumi memperluas musim dan habitat nyamuk Aedes, vektor utama penyakit ini.[93] Di India, sebuah penelitian telah mengembangkan sistem peringatan dini yang menganalisis faktor iklim regional—seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban—untuk memprediksi potensi wabah demam dengue dua bulan sebelumnya, meningkatkan kesiapsiagaan dan strategi respons.[94][95] Proyeksi di masa mendatang menunjukkan bahwa risiko penularan demam dengue akan terus meningkat seiring dengan kenaikan suhu.[94]

Masyarakat dan budaya

[sunting | sunting sumber]

Donor darah

[sunting | sunting sumber]

Wabah demam dengue meningkatkan kebutuhan akan produk darah sekaligus menurunkan jumlah calon pendonor darah karena potensi pendonor terinfeksi virus tersebut.[96] Seseorang yang terinfeksi demam dengue biasanya tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darahnya setidaknya selama enam bulan ke depan.[96]

Kesadaran publik

[sunting | sunting sumber]
Poster di Tampines, Singapura, mengingatkan orang-orang bahwa ada sepuluh atau lebih kasus dengue di lingkungan mereka (November 2015)

Hari Anti-Dengue Internasional diperingati setiap tanggal 15 Juni di beberapa negara.[97] Ide peringatan ini pertama kali disepakati pada tahun 2010, dengan perayaan peringatan pertama diadakan di Jakarta, Indonesia, pada tahun 2011.[97] Perayaan-perayaan berikutnya diadakan di Yangon, Myanmar pada tahun 2012 dan Vietnam pada tahun 2013.[97] Tujuan perayaan peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang dengue, memobilisasi sumber daya untuk pencegahan dan kontrol penyakit, serta untuk menunjukkan komitmen wilayah Asia Tenggara dalam membasmi penyakit ini.[98] Berbagai usaha dilakukan sampai tahun 2019 untuk menjadikan perayaan peringatan ini sebagai perayaan global.[99]

Di Indonesia, Hari Demam Berdarah Nasional diperingati setiap tanggal 22 April.[100]

Beban ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Sebuah penelitian memperkirakan bahwa beban global akibat dengue di tahun 2013 mencapai US$8,9 milyar.[101]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q "Dengue and severe dengue". World Health Organization. 17 Maret 2023. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 14 Maret 2024. Diakses tanggal 10 Februari 2024.
  2. ^ a b c d e f g h Kularatne SA (September 2015). "Dengue fever". BMJ. 351: h4661. doi:10.1136/bmj.h4661. PMID 26374064. S2CID 1680504.
  3. ^ dengue Diarsipkan 17 Juli 2022 di Wayback Machine. in the Merriam-Webster Dictionary
  4. ^ dengue in Oxford Dictionaries
  5. ^ Nelson Textbook of Pediatrics: The field of pediatrics. Elsevier Health Sciences. 2016. hlm. 1631. ISBN 978-1-4557-7566-8. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 10 September 2017.
  6. ^ East S (6 April 2016). "World's first dengue fever vaccine launched in the Philippines". CNN. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 18 Oktober 2016. Diakses tanggal 17 Oktober 2016.
  7. ^ a b c d e "Dengue- Global situation". World Health Organization (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 13 Februari 2024. Diakses tanggal 13 Februari 2024.
  8. ^ a b c "Waspada Penyakit di Musim Hujan". Kemenkes. 14 November 2024. Diakses tanggal 3 Mei 2025.
  9. ^ De Santis, Olga; Bouscaren, Nicolas; Flahault, Antoine (2023). "Asymptomatic dengue infection rate: A systematic literature review". Heliyon. 9 (9): e20069. Bibcode:2023Heliy...920069D. doi:10.1016/j.heliyon.2023.e20069. PMC 10559824. PMID 37809992. Diakses tanggal 2 April 2025.
  10. ^ Alejandria MM (April 2015). "Dengue haemorrhagic fever or dengue shock syndrome in children". BMJ Clinical Evidence. 2015: 0917. PMC 4392842. PMID 25860404.
  11. ^ a b "Dengue | CDC Yellow Book 2024". Centers for Disease Control and Prevention. 1 Mei 2023. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 14 Februari 2024. Diakses tanggal 14 Februari 2024.
  12. ^ Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW (14 November 2022). "Dengue Fever". StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 28613483. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 14 Desember 2021. Diakses tanggal 13 Februari 2022.
  13. ^ a b c "Dengue Diagnosis | CDC". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa American English). 13 Juni 2019. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 14 Februari 2024. Diakses tanggal 14 Februari 2024.
  14. ^ a b "Dengue: How to keep children safe | UNICEF South Asia". www.unicef.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 13 Februari 2024. Diakses tanggal 13 Februari 2024.
  15. ^ "Dengue vaccine: WHO position paper – September 2018" (PDF). Weekly Epidemiological Record. 36 (93): 457–76. 7 September 2018. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 5 Januari 2019. Diakses tanggal 12 April 2019.
  16. ^ "Qdenga | European Medicines Agency". European Medicines Agency. 16 Desember 2022. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 27 Februari 2024. Diakses tanggal 14 Februari 2024.
  17. ^ Henchal EA, Putnak JR (Oktober 1990). "The dengue viruses". Clinical Microbiology Reviews. 3 (4): 376–396. doi:10.1128/CMR.3.4.376. PMC 358169. PMID 2224837.
  18. ^ Paz-Bailey G, Adams LE, Deen J, Anderson KB, Katzelnick LC (Februari 2024). "Dengue". Lancet. 403 (10427): 667–682. doi:10.1016/S0140-6736(23)02576-X. PMID 38280388. S2CID 267201333.
  19. ^ a b c d e Whitehorn J, Farrar J (2010). "Dengue". Br. Med. Bull. 95: 161–73. doi:10.1093/bmb/ldq019. PMID 20616106.
  20. ^ a b WHO (2009), pp. 14–16.
  21. ^ a b c Reiter P (Maret 2010). "Yellow fever and dengue: a threat to Europe?". Euro Surveillance. 15 (10): 19509. doi:10.2807/ese.15.10.19509-en. PMID 20403310. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 7 Juli 2011.
  22. ^ a b c d Gubler (2010), p. 379.
  23. ^ a b c d e f g h Simmons CP, Farrar JJ, Nguyen V, Wills B (April 2012). "Dengue" (PDF). The New England Journal of Medicine. 366 (15): 1423–1432. doi:10.1056/NEJMra1110265. hdl:11343/191104. PMID 22494122. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 28 August 2021. Diakses tanggal 24 September 2019.
  24. ^ a b Chen LH, Wilson ME (2010). "Dengue and chikungunya infections in travelers". Curr. Opin. Infect. Dis. 23 (5): 438–44. doi:10.1097/QCO.0b013e32833c1d16. PMID 20581669. {{cite journal}}: ( )
  25. ^ a b c d e f g h Ranjit S, Kissoon N (Januari 2011). "Dengue hemorrhagic fever and shock syndromes". Pediatric Critical Care Medicine. 12 (1): 90–100. doi:10.1097/PCC.0b013e3181e911a7. PMID 20639791. S2CID 10135251.
  26. ^ a b c d e "Dengue fever - Symptoms and causes". Mayo Clinic (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 26 Februari 2024. Diakses tanggal 25 Februari 2024.
  27. ^ Kalimuddin S, Teh YE, Wee LE, Paintal S, Sasisekharan R, Low JG, Sheth SK, Ooi EE (Agustus 2022). "Chronic sequelae complicate convalescence from both dengue and acute viral respiratory illness". PLOS Neglected Tropical Diseases. 16 (8): e0010724. doi:10.1371/journal.pntd.0010724. PMC 9426910. PMID 35981059.
  28. ^ Paixão ES, Teixeira MG, Costa MD, Rodrigues LC (Juli 2016). "Dengue during pregnancy and adverse fetal outcomes: a systematic review and meta-analysis". The Lancet. Infectious Diseases. 16 (7): 857–865. doi:10.1016/S1473-3099(16)00088-8. PMID 26949028. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 28 Agustus 2021. Diakses tanggal 5 Desember 2019.
  29. ^ Rothman AL (Juli 2011). "Immunity to dengue virus: a tale of original antigenic sin and tropical cytokine storms". Nature Reviews. Immunology. 11 (8): 532–543. doi:10.1038/nri3014. PMID 21760609.
  30. ^ Zanluca, C., & Duarte dos Santos, C. N. (2016). Zika virus – an overview. Microbes and Infection, 18(5), 295-301. Diakses tanggal 27 September 2024
  31. ^ Rodenhuis-Zybert IA, Wilschut J, Smit JM (Agustus 2010). "Dengue virus life cycle: viral and host factors modulating infectivity" (PDF). Cellular and Molecular Life Sciences. 67 (16): 2773–2786. doi:10.1007/s00018-010-0357-z. PMC 11115823. PMID 20372965. S2CID 4232236. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 9 Oktober 2022.
  32. ^ a b Guzman MG, Halstead SB, Artsob H, Buchy P, Farrar J, Gubler DJ, Hunsperger E, Kroeger A, Margolis HS, Martínez E, Nathan MB, Pelegrino JL, Simmons C, Yoksan S, Peeling RW (Desember 2010). "Dengue: a continuing global threat". Nature Reviews. Microbiology. 8 (12 Suppl): S7-16. doi:10.1038/nrmicro2460. PMC 4333201. PMID 21079655.
  33. ^ Solomonides T (2010). Healthgrid applications and core technologies : proceedings of HealthGrid 2010 (Edisi [Online-Ausg.]). Amsterdam: IOS Press. hlm. 235. ISBN 978-1-60750-582-2. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 1 Mei 2016.
  34. ^ Global Strategy For Dengue Prevention And Control (PDF). World Health Organization. 2012. hlm. 16–17. ISBN 978-92-4-150403-4. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 30 Oktober 2012.
  35. ^ "Travelers' Health Outbreak Notice". Centers for Disease Control and Prevention. 2 Juni 2010. Diarsipkan dari asli tanggal 26 Agustus 2010. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.
  36. ^ Gould EA, Solomon T (Februari 2008). "Pathogenic flaviviruses". Lancet. 371 (9611): 500–509. doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042. S2CID 205949828. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 28 Agustus 2021. Diakses tanggal 6 Juni 2020.
  37. ^ Gwee SX, St John AL, Gray GC, Pang J (Juni 2021). "Animals as potential reservoirs for dengue transmission: A systematic review". One Health. 12: 100216. doi:10.1016/j.onehlt.2021.100216. PMC 7868715. PMID 33598525.
  38. ^ "Vector-borne viral infections". World Health Organization. Diarsipkan dari asli tanggal 3 Februari 2011. Diakses tanggal 17 Januari 2011.
  39. ^ a b c Center for Disease Control and Prevention. "Chapter 5 – dengue fever (DF) and dengue hemorrhagic fever (DHF)". 2010 Yellow Book. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 29 Desember 2010. Diakses tanggal 23 Desember 2010.
  40. ^ St Georgiev V (2009). National Institute of Allergy and Infectious Diseases, NIH (Edisi 1). Totowa, N.J.: Humana. hlm. 268. ISBN 978-1-60327-297-1. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 1 Mei 2016.
  41. ^ "Dengue Transmission | Learn Science at Scitable". © 2014 Nature Education (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 28 Februari 2024. Diakses tanggal 28 Februari 2024.
  42. ^ Wiwanitkit V (November 2010). "Unusual mode of transmission of dengue". Journal of Infection in Developing Countries. 4 (1): 51–4. PMID 20130380. {{cite journal}}: ( )Pemeliharaan CS1: Tahun (link)
  43. ^ a b c Bisen PS, Raghuvanshi R (22 Juli 2013). Emerging Epidemics: Management and Control (dalam bahasa Inggris) (Edisi 1). Wiley. doi:10.1002/9781118393277.ch8. ISBN 978-1-118-39323-9. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 Februari 2024. Diakses tanggal 23 Februari 2024.
  44. ^ a b "Host Response to the Dengue Virus | Learn Science at Scitable". www.nature.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 Februari 2024. Diakses tanggal 28 Februari 2024.
  45. ^ a b c Teo A, Tan HD, Loy T, Chia PY, Chua CL (Maret 2023). "Understanding antibody-dependent enhancement in dengue: Are afucosylated IgG1s a concern?". PLOS Pathogens. 19 (3): e1011223. doi:10.1371/journal.ppat.1011223. PMC 10062565. PMID 36996026.
  46. ^ "Antibody-dependent Enhancement (ADE) and Vaccines". The Children's Hospital of Philadelphia. 7 Desember 2020. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 29 Februari 2024. Diakses tanggal 29 Februari 2024.
  47. ^ a b Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD (Oktober 2009). "Dengue virus pathogenesis: an integrated view". Clinical Microbiology Reviews. 22 (4): 564–581. doi:10.1128/CMR.00035-09. PMC 2772360. PMID 19822889.
  48. ^ a b CDC (20 Oktober 2023). "Traveling? Avoid Dengue". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa American English). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 Maret 2024. Diakses tanggal 8 Maret 2024.
  49. ^ a b "Controlling Dengue Outbreaks | Learn Science at Scitable". www.nature.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 Maret 2024. Diakses tanggal 8 Maret 2024.
  50. ^ a b c "Factsheet about dengue". www.ecdc.europa.eu (dalam bahasa Inggris). 7 Agustus 2023. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 25 Februari 2024. Diakses tanggal 8 Maret 2024.
  51. ^ "Information on Dengvaxia®". www.sanofi.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 Maret 2024. Diakses tanggal 8 Maret 2024.
  52. ^ "Dengvaxia : EPAR - Medicine overview" (PDF). European Medicines Agency. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 9 Maret 2024. Diakses tanggal 9 Maret 2024.
  53. ^ "Sanofi restricts dengue vaccine but downplays antibody enhancement | CIDRAP". Center for Infectious Disease Research & Policy (dalam bahasa Inggris). 1 Desember 2017. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 Maret 2024. Diakses tanggal 9 Maret 2024.
  54. ^ "Administering the Dengue Vaccine". www.cdc.gov (dalam bahasa American English). 26 April 2023. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 Maret 2024. Diakses tanggal 8 Maret 2024.
  55. ^ "Message by the Director of the Department of Immunization, Vaccines and Biologicals at WHO - September 2023". World Health Organization (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 16 Maret 2024. Diakses tanggal 8 Maret 2024.
  56. ^ "International Classification of Diseases (ICD-11)". World Health Organization (dalam bahasa Inggris). 1 Januari 2022. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 September 2023. Diakses tanggal 28 Februari 2024.
  57. ^ CDC (13 April 2023). "Dengue Clinical Presentation | CDC". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa American English). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 29 Februari 2024. Diakses tanggal 29 Februari 2024.
  58. ^ a b Dengue guidelines, for diagnosis, treatment, prevention and control (dalam bahasa Inggris). World Health Organization. 21 April 2009. hlm. 46. ISBN 978-92-4-154787-1. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 16 Maret 2024. Diakses tanggal 7 Maret 2024. Textbox B and Textbox C. {{cite book}}: ( )
  59. ^ "Dengue - Infectious Diseases". MSD Manual Professional Edition (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 4 Maret 2024. Diakses tanggal 4 Maret 2024.
  60. ^ a b c Beltrán-Silva SL, Chacón-Hernández SS, Moreno-Palacios E, Pereyra-Molina JÁ (1 Juli 2018). "Clinical and differential diagnosis: Dengue, chikungunya and Zika". Revista Médica del Hospital General de México (dalam bahasa Inggris). 81 (3): 146–153. doi:10.1016/j.hgmx.2016.09.011. ISSN 0185-1063. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 4 Maret 2024. Diakses tanggal 7 Maret 2024.
  61. ^ Wilkinson, Ian B.; Raine, Tim; Wiles, Kate; Hateley, Peter; Kelly, Dearbhla; McGurgan, lain (2024). Oxford Handbook of Clinical Medicine (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 416.{{cite book}}: Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  62. ^ Papadakis, Maxine A.; Rabow, Michael W.; McQuaid, Kenneth R. (2025). Current Medical Diagnosis & Treatment 2025, Sixty-Fourth Edition. McGraw Hill. hlm. 1380. ISBN 978-1-2662-6623-2.{{cite book}}: Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  63. ^ a b WHO (1997). "Chapter 2: clinical diagnosis". Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control (PDF) (Edisi 2nd). Geneva: World Health Organization. hlm. 12–23. ISBN 9241545003.
  64. ^ WHO (2009), pp. 10–11.
  65. ^ a b "Dengue fever - Diagnosis and treatment". Mayo Clinic (dalam bahasa Inggris). 5 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 10 Maret 2024. Diakses tanggal 10 Maret 2024.
  66. ^ a b Smith DS, Mariano DJ, Trautwein ML (16 November 2022). Bronze MS (ed.). "Dengue Treatment & Management". Medscape. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 10 Maret 2024. Diakses tanggal 10 Maret 2024.
  67. ^ "Dengue Case Management" (PDF). Centers for Disease Control and Prevention. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 10 Maret 2024. Diakses tanggal 10 Maret 2024.
  68. ^ WHO (2009), pp. 40–43.
  69. ^ a b c Kularatne SA (September 2015). "Dengue fever". BMJ. 351: h4661. doi:10.1136/bmj.h4661. PMID 26374064. S2CID 1680504.
  70. ^ CDC (21 September 2023). "Dengue Areas of Risk Around the World | CDC". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 17 Maret 2024.
  71. ^ a b Tidy C (22 Juni 2022). Vakharia K (ed.). "Dengue (Causes, Symptoms, and Treatment)". patient.info (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 14 Maret 2024.
  72. ^ Bhatt S, Gething PW, Brady OJ, Messina JP, Farlow AW, Moyes CL, Drake JM, Brownstein JS, Hoen AG, Sankoh O, Myers MF, George DB, Jaenisch T, Wint GR, Simmons CP, Scott TW, Farrar JJ, Hay SI (April 2013). "The global distribution and burden of dengue". Nature. 496 (7446): 504–507. Bibcode:2013Natur.496..504B. doi:10.1038/nature12060. PMC 3651993. PMID 23563266.
  73. ^ a b Jing Q, Wang M (Juni 2019). "Dengue epidemiology". Global Health Journal. 3 (2): 37–45. doi:10.1016/j.glohj.2019.06.002. ISSN 2414-6447.
  74. ^ Smith DS. "What is characteristic of hyperendemic dengue?". Medscape. Diakses tanggal 23 Juni 2021.
  75. ^ "Aedes aegypti - Factsheet for experts". www.ecdc.europa.eu (dalam bahasa Inggris). 9 Juni 2017. Diakses tanggal 18 Oktober 2024.
  76. ^ "Climate Change Will Expose Half of World's Population to Disease-Spreading Mosquitoes By 2050". Yale Environment 360 (dalam bahasa American English). 5 Maret 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2024.
  77. ^ "Dengue increase likely during rainy season: WHO warns". World Health Organization (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 Maret 2024.
  78. ^ Feaster M, Patrick R, Oshiro M, Kuan M, Goh YY, Carmona M, Tartof SY, Farned J, Hallum T, Lund AJ, Preas C, Messenger S, Kramer V, Danforth M, Sheridan C (Oktober 2024). "Notes from the Field: First Locally Acquired Dengue Virus Infections - Pasadena, California, October-December 2023". MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report (dalam bahasa American English). 73 (42): 955–956. doi:10.15585/mmw.mm7342a4. PMC 11500840. PMID 39446691.
  79. ^ a b c d e f Gubler DJ (1998). "Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever". Clin. Microbiol. Rev. 11 (3): 480–96. PMC 88892. PMID 9665979. Diarsipkan dari asli tanggal 25 Oktober 2011. Diakses tanggal 30 Januari 2014. {{cite journal}}: ( ); ( )
  80. ^ a b Anonymous (2006). "Etymologia: dengue" (PDF). Emerg. Infect. Dis. 12 (6): 893. doi:10.3201/eid1206.ET1206. PMC 3373045. S2CID 29398958. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 3 Desember 2013.
  81. ^ Kuno G (November 2015). "A Re-Examination of the History of Etiologic Confusion between Dengue and Chikungunya". PLOS Neglected Tropical Diseases. 9 (11): e0004101. doi:10.1371/journal.pntd.0004101. PMC 4643049. PMID 26562299. 1779–1780: 'Knokkel-koorts' in Batavia (now Jakarta, Indonesia) and 'break bone fever' in Philadelphia
  82. ^ "As Temperatures Rise, Dengue Fever Spreads and Cases Rise". Yale E360 (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 20 Maret 2024.
  83. ^ Christie J. On Epidemics of Dengue Fever: Their Diffusion and Etiology. Glasgow Med J. 1881;16(3):161-176.
  84. ^ Anonymous (15 Juni 1998). "Definition of Dandy fever". MedicineNet.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 5 Juni 2011. Diakses tanggal 25 Desember 2010.
  85. ^ a b c d Halstead SB (2008). Dengue (Tropical Medicine: Science and Practice). River Edge, N.J: Imperial College Press. hlm. 1–10. ISBN 978-1-84816-228-0. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 21 Mei 2016.
  86. ^ Rush, Benjamin (1 November 1951). "An account of the bilious remitting fever: As it appeared in philadelphia, in the summer and autumn of the year 1780". The American Journal of Medicine. 11 (5): 546–550. doi:10.1016/0002-9343(51)90035-6. ISSN 0002-9343.
  87. ^ Barrett AD, Stanberry LR (2009). Vaccines for biodefense and emerging and neglected diseases. San Diego: Academic. hlm. 287–323. ISBN 978-0-12-369408-9. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 12 Mei 2016.
  88. ^ Laughlin CA, Morens DM, Cassetti MC, Costero-Saint Denis A, San Martin JL, Whitehead SS, Fauci AS (Oktober 2012). "Dengue research opportunities in the Americas". The Journal of Infectious Diseases. 206 (7): 1121–1127. doi:10.1093/infdis/jis351. PMC 3499110. PMID 22782946.
  89. ^ Obi JO, Gutiérrez-Barbosa H, Chua JV, Deredge DJ (September 2021). "Current Trends and Limitations in Dengue Antiviral Research". Tropical Medicine and Infectious Disease. 6 (4): 180. doi:10.3390/tropicalmed6040180. PMC 8544673. PMID 34698303.
  90. ^ Kariyawasam R, Lachman M, Mansuri S, Chakrabarti S, Boggild AK (20 April 2023). "A dengue vaccine whirlwind update". Therapeutic Advances in Infectious Disease. 10: 20499361231167274. doi:10.1177/20499361231167274. PMC 10126642. PMID 37114191.
  91. ^ LBSP, Bilyana (11 April 2025). "Leiden scientists create first-ever dengue-on-a-chip to study this deadly virus". Leiden Bio Science Park.
  92. ^ Tang, Huaqi; Evers, Tom M. J.; Babaei, Mehrad; Mashaghi, Alireza (14 April 2025). "Revealing Mechanopathology Induced by Dengue NS1 Using Organ Chips and Single-Cell Force Spectroscopy". ACS Biomaterials Science & Engineering. 11 (4): 2448–2455. doi:10.1021/acsbiomaterials.4c02410.
  93. ^ Nature, Research Communities by Springer (6 Januari 2025). "Rising Temperatures, Rising Dengue". Research Communities by Springer Nature (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 Februari 2025.
  94. ^ a b Sophia, Yacob; Roxy, Mathew Koll; Murtugudde, Raghu; Karipot, Anand; Sapkota, Amir; Dasgupta, Panini; Baliwant, Kalpana; Saunik, Sujata; Tiwari, Abhiyant; Chattopadhyay, Rajib; Phalkey, Revati K. (21 Januari 2025). "Dengue dynamics, predictions, and future increase under changing monsoon climate in India". Scientific Reports (dalam bahasa Inggris). 15 (1): 1637. Bibcode:2025NatSR..15.1637S. doi:10.1038/s41598-025-85437-w. ISSN 2045-2322. PMC 11750985. PMID 39837878.
  95. ^ "Scientists create early warning system to curb dengue outbreaks". Mid-day (dalam bahasa Inggris). 21 Januari 2025. Diakses tanggal 17 Februari 2025.
  96. ^ a b Teo D, Ng LC, Lam S (April 2009). "Is dengue a threat to the blood supply?". Transfusion Medicine. 19 (2): 66–77. doi:10.1111/j.1365-3148.2009.00916.x. PMC 2713854. PMID 19392949.
  97. ^ a b c "Marking ASEAN Dengue Day". Diarsipkan dari asli tanggal 17 Juni 2015. Diakses tanggal 16 Juni 2015.
  98. ^ ACTION AGAINST DENGUE Dengue Day Campaigns Across Asia. World Health Organization. 2011. ISBN 978-92-9061-539-2.
  99. ^ "Calling for a World Dengue Day". The International Society for Neglected Tropical Diseases. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 7 Januari 2019. Diakses tanggal 7 Januari 2019.
  100. ^ "Awal Mula Penetapan Hari Demam Berdarah Nasional Setiap 22 April". Tempo. 22 April 2025.
  101. ^ Shepard DS, Undurraga EA, Halasa YA, Stanaway JD (Agustus 2016). "The global economic burden of dengue: a systematic analysis". The Lancet. Infectious Diseases. 16 (8): 935–941. doi:10.1016/s1473-3099(16)00146-8. PMID 27091092.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Klasifikasi
Sumber luar